Baru-baru ini tersirat kabar bahwa akan ada perubahan sistem pada Uji Kompetensi Mahasiswa Profesi Dokter (UKMPPD) di tahun 2025. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah format soal uji kompetensi yang akan diubah menjadi Script Concordance Test (SCT), serta peraturan-peraturan terkait pelaksanaan uji kompetensi itu sendiri.
Pada artikel ini, kita akan fokus pada perubahan format soal, yaitu sistem SCT.
Apa itu SCT?
Script Concordance Test (SCT) adalah metode evaluasi yang dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan klinis dalam situasi ketidakpastian. Berbeda dengan format soal pilihan ganda (Multiple Choice Question/MCQ), SCT tidak meminta peserta untuk mencari satu jawaban yang benar dari beberapa opsi. Sebaliknya, peserta diminta untuk menilai bagaimana informasi baru memengaruhi sebuah hipotesis klinis atau keputusan medis.
Dalam SCT, soal berbasis skenario klinis yang realistis. Peserta akan diberikan informasi tambahan dan diminta menilai pengaruh informasi tersebut terhadap hipotesis awal. Jawaban biasanya berupa skala (misalnya, -2 hingga +2), yang mencerminkan tingkat pengaruh informasi, dari sangat mengurangi hingga sangat meningkatkan keyakinan terhadap hipotesis.
Mengapa Soal Uji Kompetensi diubah menjadi SCT?
Perubahan format soal menjadi SCT bertujuan untuk:
- Mengukur Kemampuan Berpikir Klinis: SCT lebih menilai cara peserta menggunakan pengetahuan mereka dalam situasi nyata yang kompleks dan penuh ketidakpastian, mirip dengan kondisi di dunia klinis.
- Meningkatkan Relevansi Praktis: Dibandingkan MCQ yang cenderung mengukur hafalan, SCT fokus pada penerapan pengetahuan dalam pengambilan keputusan.
- Menilai Keberpihakan pada Pendapat Ahli: Penilaian SCT didasarkan pada konsensus dari para ahli klinis, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang penguasaan kompetensi klinis peserta.
- Mendukung Pengembangan Kompetensi Lanjutan: SCT membantu mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan di lapangan dengan lebih baik.
Manfaat SCT
- Melatih Pengambilan Keputusan: Peserta belajar membuat keputusan dalam situasi yang tidak pasti, yang merupakan keterampilan inti bagi dokter.
- Mengurangi Kecenderungan Menghafal: SCT mendorong mahasiswa untuk memahami konteks klinis daripada sekadar menghafal fakta.
- Meningkatkan Kualitas Evaluasi: SCT memberikan penilaian yang lebih mendalam tentang kemampuan klinis dibandingkan MCQ.
- Fleksibel untuk Berbagai Kasus Klinis: Format SCT memungkinkan pengujian berbagai situasi klinis, termasuk kasus-kasus kompleks.
Tips Mengerjakan Soal SCT
- Pahami Skala Jawaban: Biasakan diri dengan skala SCT (-2 hingga +2 atau format lainnya), di mana -2 berarti informasi sangat mengurangi keyakinan terhadap hipotesis, dan +2 berarti sangat meningkatkan keyakinan.
- Berpikir Secara Logis dan Sistematis: Fokus pada relevansi informasi baru terhadap skenario yang diberikan.
- Latihan Kasus Klinis: Latih kemampuan berpikir klinis dengan membaca skenario klinis dan mencoba menilai pengaruh informasi tambahan terhadap diagnosis atau keputusan.
- Belajar dari Pendapat Ahli: Pelajari bagaimana ahli klinis mengambil keputusan dalam situasi ketidakpastian melalui diskusi kasus atau literatur.
- Kelola Waktu dengan Baik: Karena setiap soal membutuhkan analisis yang mendalam, alokasikan waktu dengan bijaksana untuk setiap pertanyaan.
Struktur Soal Script Concordance Test (SCT):
Soal SCT dirancang untuk mengevaluasi pengambilan keputusan klinis dalam situasi yang tidak pasti. Format soal SCT terdiri dari beberapa komponen utama berikut:
1. Skenario Klinis (Case Vignette)
- Deskripsi singkat tentang situasi pasien yang mencakup keluhan utama, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, atau informasi relevan lainnya.
- Informasi ini memberikan konteks dasar yang menjadi titik awal untuk penilaian peserta.
Contoh: Seorang pasien perempuan berusia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 3 hari lalu. Ia juga mengalami mual dan muntah. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan pada area kuadran kanan atas.
2. Hipotesis atau Keputusan Klinis
- Sebuah pernyataan awal yang mengandung hipotesis atau keputusan klinis yang perlu dinilai pengaruhnya oleh peserta.
- Biasanya berupa kemungkinan diagnosis, tindakan diagnostik, atau pengobatan.
Contoh: Hipotesis: Pasien mengalami kolesistitis akut.
3. Informasi Baru
- Tambahan informasi yang disajikan setelah hipotesis awal, seperti hasil pemeriksaan penunjang, gejala tambahan, atau respons terhadap pengobatan.
- Informasi ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruhnya terhadap hipotesis awal.
Contoh: Hasil USG menunjukkan adanya pembesaran kandung empedu dengan dinding yang menebal.
4. Skala Jawaban
Peserta diminta memberikan penilaian berdasarkan skala untuk menunjukkan pengaruh informasi baru terhadap hipotesis atau keputusan klinis. Skala yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
Skala | Penjelasan |
---|---|
-2 | Informasi sangat mengurangi keyakinan terhadap hipotesis. |
-1 | Informasi mengurangi keyakinan terhadap hipotesis. |
0 | Informasi tidak memengaruhi keyakinan terhadap hipotesis. |
+1 | Informasi meningkatkan keyakinan terhadap hipotesis. |
+2 | Informasi sangat meningkatkan keyakinan terhadap hipotesis. |
Contoh Lengkap Soal SCT
Skenario Klinis:
Seorang pasien perempuan, 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas selama 3 hari disertai mual dan muntah. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan di kuadran kanan atas.
Hipotesis:
Pasien mengalami kolesistitis akut.
Informasi Baru:
- Pasien memiliki leukositosis (15.000/mm³).
- Hasil USG menunjukkan adanya batu empedu tanpa penebalan dinding kandung empedu.
- Pasien mengalami demam tinggi (39°C).
Pertanyaan:
Bagaimana informasi berikut memengaruhi keyakinan Anda terhadap hipotesis bahwa pasien mengalami kolesistitis akut?
Informasi | Skala Jawaban |
---|---|
1. Leukositosis (15.000/mm³) | -2, -1, 0, +1, +2 |
2. Batu empedu tanpa penebalan dinding | -2, -1, 0, +1, +2 |
3. Demam tinggi (39\u00b0C) | -2, -1, 0, +1, +2 |
Struktur ini memastikan SCT dapat mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan klinis secara efektif.
Dengan perubahan ini, mahasiswa profesi dokter diharapkan mampu mengasah keterampilan klinis mereka lebih mendalam. Meski SCT mungkin terasa menantang, format ini mencerminkan kebutuhan nyata di lapangan, membantu mempersiapkan dokter yang lebih kompeten dan responsif terhadap situasi klinis yang kompleks.